Penyebaran penyakit yang disebabkan virus atau bakteri telah lama mendapat perhatian dari para dokter Muslim.
Tercatat nama Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin al-Husayn at-Taymi al-Bakri at-Tabaristani atau yang dikenal dengan nama Fakhruddin ar-Razi yang di Barat disebut Rhazes, menuliskan tentang penyakit cacar dan campak dalam kitabnya “Al-Judari wal Hasbah”.
Kitab ini diterjemahkan dalam bahasa Latin di Venezia (1565) dengan judul De Variolis et Morbilis (Risalah Tentang Cacar dan Campak).
Begitu hebat buah pikirnya bagi dunia kedokteran, kitab ini kemudian diterjemahkan dalam banyak bahasa modern dan masih digunakan sebagai buku ajar di fakultas kedokteran sampai abad ke-18.Menariknya, Ar Razi bukan sekadar dokter. Seperti cendekiawan Muslim pada umumnya, ia menguasai beragam disiplin ilmu.
Karyanya mencapai ratusan. Yang terdiri dari kitab-kitab kedokteran, astronomi, matematika, logika, fisika, kalam, fikih, ushul fikih, hingga tafsir Alquran.
Bukan hanya kitab kedokteran yang ditulisnya yang digunakan selama berabad-abad. Dalam bidang tafsir, kitabnya yang sampai kini masih terus dikaji adalah Mafatih al-Ghaib (at-Tafsir al-Kabir li Alquranul Karim).
Adapun dalam disiplin fikih dan ushul fikih, ia telah menulis kitab al-Mahshul fil Fiqh dan al-Mahshul fil Ushul Fiqh. Karya masyhur lainnya adalah kitab al- Qadha wa al-Qadar, al-Mulakhash fil Filsafah, al-Mathalib al-‘Aliyah fil Hikmah, dan al-Mabahits al-Masyra qiyyah. Kitab-kitab ini merupakan kajian kalam dan filsafat.
Ia adalah dokter yang diminta Khalifah Harun al Rasyid mendirikan bimaristan (rumah sakit) di Baghdad. Menariknya, sebelum menentukan lokasi bimaristan, Ar Razi meletakkan beberapa potong daging segar di sejumlah titik.
Lokasi di mana daging paling lama membusuk, itu yang dipilih. Karena menandakan tempat yang paling bersih dan udaranya segar.
Rumah sakit yang didirikannya pun telah dirancang memisahkan ruangan untuk pasien dengan penyakit menular.
Kegigihan para dokter Muslim saat berjibaku melawan wabah penyakit tak diragukan. Militansi mereka tak ubahnya pada mujahid yang bertempur di medan jihad. Tak ada khawatir atau rasa takut sama sekali.
Apa pasal? Karena telah bulat keyakinan dalam hati mereka. Tidak ada penyakit yang bisa menular kecuali atas izin Allah.Ini terbukti dengan satu tempat di muka bumi yang sampai sekarang belum pernah tersentuh wabah penyakit dengan jumlah korban masif (tha’un). Yakni, Madinah.
“Sesungguhnya Kota Madinah itu dipagari oleh para malaikat, di setiap jalan masuknya terdapat dua malaikat yang menjaganya. Tidak masuk di dalamnya wabah tha’un dan tidak juga Dajjal.” [HR. Bukhari dan Imam Ahmad].
sumber : Islam Diggest Republika