Ketika Batuan Karang Menjadi Saksi Perjuangan Muslim di Tanah Eropa

DERETAN karang berbaris indah di tepi pantai yang tampak biru, membentuk sebuah bukit. Samudera di hadapannya terbentang luas memisah kawasan Afrika dan Eropa.

Terletak di ujung tenggara Spanyol, kawasan itu menjadi pintu gerbang masuk Afrika-Eropa. Setiap orang yang berlabuh di kawasan ini akan disambut sebuah bukit karang yang tampak mempesona itu. Orang Eropa menyebutnya The Rock of Gibraltar (Karang Gibraltar).

Gibraltar atau Jabal Thariq merupakan kata untuk mengenang jasa besar seorang patriot muslim, Thariq bin Ziyad. Thariq adalah pahlawan muslim yang berhasil membuka pintu gerbang Eropa untuk kaum muslimin. Berawal dari situ, orang Islam masuk ke Eropa dan membawa kemajuan sains dan peradaban ke benua yang sebelumnya hidup sangat terbelakang itu.

Sejak lama, gundukan karang itu menjadi simbol tekad dan kenekatan Sang Hero itu. Dengan kesiapan yang mantap, Ia telah memberikan hidupnya untuk membuka pintu gerbang Eropa untuk kaum muslimin.

Thariq bin Ziyad memang terlampau nekat. Ia selalu optimis, meski untuk sebuah operasi yang hampir mustahil membuahkan hasil. Ketegarannya tak pernah surut, meski untuk sebuah rencana yang hampir dipastikan menamatkan riwayatnya.

Ketika itu, tahun 711 M, sebuah armada bekekuatan sekitar 7000 prajurit menyeberang di selat al-Zuqaq (sekarang selat Gibraltar) dari Maroko. Pasukan yang rata-rata berasal dari Suku Barbar itu bergerak ke arah utara, tujuanya Andalusia.

Tampak Sang Komandan berdiri tegak di atas salah satu kapal. Seraya mengharap pertolongan Allah, ia merenungkan kembali mimpinya bertemu Nabi. Mimpi itu telah meresapkan optimisme dan ketegaran perjuangan dalam dirinya. Konon, dalam mimpi itu Rasulullah bersabda kepadanya: “Majulah terus sesuai cita-citamu”.

Thariq adalah seorang orator ulung. Di sela-sela penyeberangan itu, ia memotivasi pasukannya untuk tegar. Baginya, ketegaran adalah kunci utama keberhasilan perjuangan yang akan dihadapinya. Tanpa ketegaran, perjuangan takkan pernah mendapat hasil yang berarti.

Armada Thariq berlabuh di sebuah pulau yang hijau subur. Di dekat pantai tampak perbukitan Calpe. Sejenak setelah mengemasi barang-barang, Thariq kemudian memberi perintah kepada seluruh pasukan untuk membakar kapal-kapal yang mereka tumpangi dari Maroko.

Intruksi itu terasa kontroversial. Menyentak. Tapi, bagi Thariq hal itu merupakan cara paling jitu untuk menyuntikkan semangat berjuang habis-habisan bagi prajuritnya.

Dengan begitu, Thariq menutup pintu bagi prajuritnya untuk kembali ke Afrika. Tak ada jalan lain kecuali berjuang mati-matian di sini, begitulah yang ada dalam pikiran Thariq.

Bukit Calpe bagai saksi bisu kenekatan seorang patriot: di mana ia membakar perahu-perahu sebagai aksi kebulatan tekad. Di bukit itu pula, Thariq membakar semangat pasukannya, bahwa tak ada pilihan lain kecuali berjuang mati-matian.

Bukit itu dengan segala kesaksian sejarahnya seperti menjadi ikon peradaban, setelah Thariq—dengan bantuan Musa bin Nushair—berhasil dengan gemilang menaklukkan Andalusia. Dan, dari situ gong sejarah terbangunnya peradaban Eropa mulai ditabuh tangan demi tangan kaum muslimin.

Nama Bukit Calpe kemudian diganti dengan Jabal Thariq (Bukit Thariq).

Sumber: Hidayatullah

Leave a Replay

WhatsApp Hubungi Kami