Namanya Muhammad bin Qasim bin Muhammad bin Mas’ud bin Amir bin Mu’ab Ats – Tsaqafi. Nasabnya terhubung dengan Hajjaj bin Yusuf. Ayahnya ialah seorang walikota Bashrah saat masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, sementara kakek dari ayahnya yakni Hajjaj bin Yusuf adalah seorang gubernur Irak.
Tumbuh dilingkungan pemerintahan, kekuasaan, kepemimpinan membuat Muhammad bin Qasim kecil mendapatkan pendidikan serta pelatihan yang unggul. Terlebih sang kakek (paman dari sang ayah), Hajjaj bin Yusuf menanamkan semangat ilmu & pengetahuan kepada cucunya tersebut. Sehingga diriwayatkan bahwa Muhammad bin Qasim tumbuh besar dilingkungan yang tepat untuk membentuk para amir & komandan.
Tatkala Muhammad mencapai usia dewasa dan sudah menunjukkan kemampuannya, Hajjaj bin Yusuf mengirimnya ke medan-medan perang untuk mencari pengalaman. Kala itu usianya genap mencapai 16 tahun. Namun, jika dilihat dari aksi & kesiapan yang dimiliki, ia tampak lebih matang dari usianya.
Awal Mula Pasukan Muslim Bergerak Menuju India
Suatu hari rombongan perahu berisi para Muslimah yang berangkat dari Pulau Ceylon (Sri Lanka) menuju Irak, namun ditengah perbatasan dekat kota Karachi perahu tersebut dihadang dan dirampas oleh para bajak laut, para penumpangnya pun ditawan. Mendengar kabar tersebut, Hajjaj bin Yusuf lekas mengirim utusan kepada Dahir, raja Sindh untuk membantunya dalam melepaskan para tawanan di daerah kekuasaannya. Namun jawaban raja Sindh tak memuaskan Hajjaj, bahkan menyepelekan masalah tersebut.
Akhirnya Hajjaj bin Yusuf membentuk suatu pasukan di bawah komando Ubaidullah bin Nabhan serta mengarahkannya menuju kota Daibal guna membebaskan para tawanan Muslimah. Namun serangan ini dan serangan yang berikutnya belum membuahkan hasil, dua panglima perang terbaik Hajjaj syahid di medan perang.
Akhirnya tugas ini pun diberikan kepada Muhammad bin Qasim, ia dibekali dengan dua belas ribu prajurit gabungan dari Syam & Irak, plus tiga ribu unta untuk membawa perbekalan. Melalui jalur laut, pasukan muslimin berhasil mencapai tepi pantai Daibal, setelah berhasil merusak banteng kota para pasukan memasuki kota layaknya air yang deras dan kota Daibal pun ditaklukkan.
Dari satu kota, pasukan terus bergerak ke kota lainnya
Dari Daibal, Muhammad bin Qasim mengarahkan pasukannya menuju kota Nairun / Niraknut, dilanjutkan menuju kota Sarbedas, hingga ia tiba ditepi sungai Sindh (Indus). Di wilayah inilah tempat pelarian raja Dahir, pertempuran dengan jumlah yang tak imbang pun terjadi. Dimana pasukan musuh yang lebih banyak, namun atas pertolongan Allah dapat dimenangkan oleh pasukan muslimin. Dari kemenangan inilah menjadi jalan pembuka syiar Islam dapat tersebar lebih luas.
Muhammad bin Qasim bergerak kembali menuju arah timur menuju kota Ravar. Dari Ravar ia kemudian menuju kota Brahmanabad, tepatnya diantara Karachi dan Punjab. Dari utara India, pasukan kembali melanjutkan perjalananan menuju kota Multan untuk selanjutnya pasukan tiba di kota Kairaj, sekarang Bombay atau Mumbai yang dikuasai oleh raja Duhar.
Di kota inilah pertempuran juga terjadi dengan sangat sengit, pada akhirnya raja Duhar tewas dan seluruh wilayah, dari kota – kota yang dilaluinya tunduk pada kekuasaan Muhammad bin Qasim.